Notification

×

Iklan


Iklan



Nek Marni, 12 Tahun Berdagang Kue Serabi Akhirnya Berangkat Haji

Jumat, 23 Mei 2025 Last Updated 2025-05-23T05:09:52Z



AyoMedan.com - Medan, Marni binti Poksum (68) bersiap menjalani perjalanan yang selama ini hanya bisa ia bayangkan dalam sujud dan harapan, yaitu berangkat haji ke Tanah Suci Makkah.


Perjalanannya haji nya penuh dengan perjuangan. Ia bukan pegawai, bukan pula seorang pedagang besar. Nek Marni, akrab dipanggil hanyalah penjual serabi yang mengayuh harapan itu sejak tahun 2002.


Selama lebih dari dua dekade, ia menjajakan serabi. Sebelum menjadi penjual serabi, Nek Marni juga pernah berganti profesi sebagai penjual mie sop dan lemang yang ia antar hampir setiap hari ke pajak (pasar).


"Pernah jual mie sop, lemang, dan terakhir jual serabi. Nenek menabung sedikit demi sedikit, dari hasil jualan itu. Anak-anak juga bantu," katanya lirih, mengenang 12 tahun perjuangan sejak pertama kali berniat menunaikan rukun Islam kelima tersebut.


Nek Marni menceritakan, pada tahun 2012 ia resmi mendaftar bersama salah satu putranya, Agus Suhendra. Sejak saat itu, penantian panjang dimulai. Tahun lalu, namanya sempat disebut sebagai calon jemaah yang akan berangkat. Namun takdir berkata lain. Namanya belum masuk daftar akhir.


"Ya, nenek hanya bisa bilang, belum rezeki. Berbaik sangka aja sama Allah. Mungkin tahun depan, kalau umur panjang," ujarnya di Asrama Haji Medan, Selasa (20/05/2025)


Dan ternyata, sambung Nek Marni, Allah memang menyiapkan waktu yang lebih baik untuk dirinya. Setelah 12 tahun menunggu, ia akhirnya dapat berangkat menunaikan ibadah ke Baitullah. Tergabung dalam Kelompok Terbang (Kloter) 16 Embarkasi Medan (KNO 16) bersama 116 jemaah asal Kota Tebing Tinggi. Nek Marni memasuki Asrama Haji pada 20 Mei pagi, lalu terbang menuju Jeddah, Arab Saudi pada 21 Mei, tengah malam.


Namun perjalanan menuju momen ini tidaklah mudah. Sekitar tujuh bulan lalu, Nek Marni terjatuh. Tubuh renta itu tak lagi sekuat dulu. Ia pun berhenti berjualan serabi selama 7 bulan. Ia bahkan sempat khawatir menjelang bulan Ramadan kemarin tidak bisa menjalankan puasa, tarawih bahkan ibadah haji dengan sempurna karena kondisi kaki yang lemah.


"Tiga hari sebelum puasa, nenek benar-benar berdoa minta sama Allah. Ya Allah, sebentar lagi puasa, izinkan aku supaya bisa puasa, sholat tarawih tidak tinggal, sehatkan," bebernya dengan mata berkaca-kaca.


“Aku juga ingin ziarah ke makam ibu saya di kampung sebelum berangkat haji, nenek berdoa,” tambahnya.


Keajaiban pun datang. Kesehatannya berangsur pulih. Ia bisa kembali berjalan, bisa menyiapkan diri menyambut Ramadan dan panggilan mulia menuju Tanah Suci.


Ditinggal suami sejak 2018, kini Nek Marni mengandalkan semangat dari 5 anak dan 13 cucu yang terus menyemangatinya. Mereka adalah saksi hidup betapa tabahnya seorang nenek yang tak pernah menyerah pada keadaan.


Saat ditanya apakah pernah terlintas ingin membatalkan niat ibadah haji, mengingat masa tunggu yang begitu lama, Nek Marni mengatakan tidak pernah terlintas sedikitpun, meski banyak yang mengajaknya untuk pergi umroh saja.


"Nggak pernah terlintas untuk membatalkan niat haji, meskipun dulu ada yang ngajak untuk umroh aja. Tapi nenek bilang, haji itu wajib. Biarlah saya tunggu, saya mau menunaikan kewajiban itu cemanapun," sebutnya.


Kisah ini menjadi cermin bagi kita semua bahwa setiap tetes peluh saat berjualan, setiap doa saat sujud, dan setiap rupiah yang ditabung perlahan akan ikut menapak di Tanah Suci. Karena sesungguhnya, haji bukan soal siapa yang paling mampu, tapi siapa yang paling bersungguh hati. (A-Red)