AyoMedan.com – Medan.
Di tengah bencana kemanusiaan, kepedulian tidak cukup ditunjukkan dengan air mata. Kepedulian sejati ditunjukkan dengan kesigapan, ketegasan, dan keberanian mengambil sikap—terutama terhadap para perusak hutan yang menjadi salah satu penyebab bencana.
Pesan itulah yang tersirat dari pernyataan Gubernur Sumatera Utara, Bobby Nasution, saat diwawancarai wartawan setibanya di Lanud Soewondo Medan usai meninjau wilayah terdampak bencana di Tapanuli Tengah dan Sibolga, Kamis sore (04/12/2025).
Gubernur termuda di Indonesia itu mengaku memilih menahan kesedihan agar tidak menambah kegundahan masyarakat. Menurutnya, bencana banjir dan longsor bukan sekadar kehilangan rumah, tetapi juga merenggut nyawa anak-anak, ibu, dan para kepala keluarga.
“Kalau nangis, nanti kita dibilang drama lagi. Yang penting sekarang kita optimis bangkit dan pulih. Sambil memastikan langkah ke depan, terutama sikap tegas terhadap perusak hutan. Tutup saja itu,” tegas Bobby.
Bergerak Cepat,
Bobby meninjau Tapteng dan Sibolga sejak 28 November 2025 melalui jalur udara dari Lanud Soewondo Medan, setelah mendapat kepastian bahwa penerbangan aman. Jalur darat dari Medan saat itu belum dapat dilalui akibat rusaknya infrastruktur.
Di posko pengungsian GOR Pandan, raut wajah Bobby tampak menahan duka. Namun sebagai pemimpin, dia tetap menyapa para pengungsi, membalas pelukan korban, dan mendengarkan keluhan mereka satu per satu.
Bobby langsung membenahi kondisi posko yang belum ramah bagi lansia, balita, dan ibu menyusui. Bantuan logistik pangan segera disalurkan, meski diakui belum seluruh titik terdampak dapat dijangkau pada hari-hari awal bencana.
Bobby juga menginstruksikan jajaran Pemprov Sumut bersama TNI, Polri, dan Pemkab Tapteng untuk segera mengevakuasi warga yang masih terjebak, khususnya di kawasan Tukka, serta membuka akses darurat guna memperlancar distribusi bantuan.
Tak Gentar Cibiran, tetap bekerja ditengah upaya penanganan bencana, Bobby tak luput dari cercaan dan stigma negatif di media sosial.
Sejumlah akun tak bertanggung jawab melontarkan tudingan dan hinaan yang justru berpotensi memecah belah masyarakat di saat krisis.
Namun, Bobby memilih untuk tetap fokus bekerja. Bersama masyarakat, relawan, NGO, TNI, Polri, dan pemerintah daerah, ia terus turun langsung membantu korban, termasuk memastikan akses komunikasi agar para pengungsi dapat menghubungi keluarga mereka di luar daerah bencana.
Sikap ini mengingatkan pada hikmah kisah Lukmanul Hakim di masa Nabi Daud AS, tentang pentingnya memiliki pendirian kuat di tengah hiruk-pikuk penilaian manusia.
Dari Tapteng hingga Nias
setelah lebih dari sepekan berada di wilayah Tapteng dan Sibolga. Tanpa berlama-lama, keesokan harinya ia langsung meninjau Kabupaten Langkat yang juga terdampak bencana, sekaligus menginstruksikan Dinas PUPR memperbaiki tanggul jebol penyebab banjir parah.
Penanganan pascabencana pun terus dikebut. Bersama pemerintah pusat, Bobby menargetkan pembangunan 1.006 unit rumah bagi korban bencana, khususnya di wilayah terparah seperti Tapanuli Tengah, Tapanuli Selatan, dan Tapanuli Utara.
Pada Jumat (19/12/2025), Bobby kembali meninjau lokasi bencana di Desa Garoga dan posko pengungsian Desa Batu Hula, Kecamatan Batangtoru, Tapanuli Selatan.
Ia juga meninjau lahan di Desa Hapesong yang akan dibangun 227 unit hunian tetap, ditargetkan dapat dihuni awal tahun depan.
Berdasarkan data hingga Sabtu (20/12/2025), bencana di Sumatera Utara mengakibatkan 370 orang meninggal dunia, 72 orang hilang, 933 orang luka-luka, dan 17.759 orang mengungsi.
Sehari setelah kunjungan ke Tapsel, Bobby bertolak ke Kepulauan Nias untuk meninjau perbaikan jalan dan jembatan rusak akibat bencana, salah satunya Jembatan Idano Noyo di Nias Barat.
Sigap Sejak Sebelum Bencana
Kesigapan Bobby sejatinya bukan baru terlihat saat bencana terjadi.
Sejak 16 September 2025, ia telah mengeluarkan Instruksi Gubernur Nomor 188.54/INST/2025 tentang peringatan dini dan kesiapsiagaan menghadapi bencana hidrometeorologi basah di Sumatera Utara.
Instruksi tersebut dikeluarkan sebagai tindak lanjut informasi BMKG Stasiun Klimatologi Kelas I Sumut yang memprediksi curah hujan kategori sedang hingga tinggi pada periode September–November 2025 akibat perubahan iklim.
Kini, Sumatera Utara perlahan menata diri untuk pulih. Di tengah duka dan kerja keras tersebut, rasanya tak adil bila kepemimpinan yang memilih bekerja senyap dan tegas justru terus dicaci.
Sumut membutuhkan kebersamaan, bukan kegaduhan. (A-Red)