AyoMedan.com – Medan. Bank Indonesia Provinsi Sumatera Utara optimistis perekonomian Sumut berpeluang tumbuh lebih kuat pada 2026. Dorongan tersebut diprediksi datang dari percepatan pembangunan infrastruktur, peningkatan investasi, serta kebijakan ekonomi daerah yang semakin terarah dan konsisten.
Pandangan itu disampaikan Deputi Direktur BI Sumut, Abdul Khalim, dalam Big Conference 2025 “Unlocking North Sumatra’s Potential: Collaboration for Economic Growth and Job Creation” yang digelar di Santika Dyandra Hotel Medan, Senin (08/12/2025) kemarin.
PON Mengangkat Pertumbuhan, tetapi Sumut Butuh Motor Ekonomi Baru
Dalam paparannya, Abdul Khalim menegaskan bahwa pelaksanaan Pekan Olahraga Nasional (PON) sebelumnya memberikan dorongan signifikan pada ekonomi daerah, terutama dari sektor konsumsi dan pembangunan infrastruktur.
Namun, ia mengingatkan bahwa Sumut tidak boleh terlena.
"PON memberikan dorongan besar bagi ekonomi Sumatera Utara. Namun setelah event usai, kita membutuhkan motor pertumbuhan baru agar Sumut tidak kehilangan momentum,” ujarnya.
Waspada: Sumut Bisa Tersalip Kontribusi Ekonomi Riau
Abdul Khalim juga menyoroti persaingan antarprovinsi. Kontribusi ekonomi Riau terhadap PDB nasional kini mendekati 23 persen, hanya terpaut sekitar 0,6 poin dari Sumut.
“Kalau kita tidak bergerak cepat, bukan tidak mungkin kontribusi ekonomi Sumut akan tersalip Riau. Karena itu kolaborasi pemerintah dan pelaku usaha menjadi sangat penting,” tegasnya.
Ekspor Menguat, Konsumsi Rumah Tangga Melemah
Ekspor CPO dan produk turunannya masih menjadi penopang ekonomi Sumut dengan pertumbuhan sekitar 9 persen pada 2025. Namun, BI mencatat adanya tren perlambatan konsumsi rumah tangga selama tiga tahun terakhir.
“Ekspor tumbuh, tetapi konsumsi rumah tangga justru melambat. Ini menimbulkan pertanyaan: uang dari ekspor mengalir ke mana kalau tidak masuk ke konsumsi masyarakat?” paparnya.
Investasi Melemah pada 2025, Menguat Tahun Depan
BI menilai investasi di Sumut pada 2025 mengalami penurunan cukup tajam akibat ketidakpastian politik dan sikap hati-hati pelaku usaha. Namun prospeknya membaik di 2026.
“Kami melihat peluang besar pada 2026 karena pemerintahan daerah yang baru telah menyiapkan perencanaan lebih matang, termasuk percepatan pembangunan infrastruktur dan peningkatan investasi,” jelas Abdul Khalim.
Sektor Pertanian Tumbuh, Replanting Sawit Masih Lambat
Sektor pertanian, khususnya perkebunan kelapa sawit, tumbuh hingga 7 persen. Namun program peremajaan sawit (replanting) berjalan lambat karena petani enggan kehilangan pendapatan selama masa tanaman belum berbuah.
“Kami mendorong penggunaan tanaman sela seperti jagung, agar pendapatan petani tetap terjaga selama masa replanting,” sebutnya.
Kebutuhan Tenaga Kerja MBG Capai 100 Ribu Orang
Ia juga menyoroti kebutuhan tenaga kerja besar dalam program MBG, mencapai lebih dari 100 ribu tenaga kerja dan 1.700 SPBG. Saat ini Sumut kekurangan tenaga terampil, seperti ahli NG dan chef.
“Beberapa provinsi lain sudah mulai menarik tenaga ahli dari Sumut karena kebutuhannya sangat tinggi,” dipungkasinya.
(A-Red)